•01.38

Amithaba....... (Shaolin)
Jika dia tidak mati, maka aku tidak bisa tidur (Komandan Hou)

Tema cinta, perang dan penghianatan masih menjadi tema umum film-film klasik. Namun film klasik china mempunya ciri khas tersendiri. Aksi kungFu, intrik politik dan kata-kata bijak kerap mewarnai plot dialognya. Berikut catatan ringan saya atas film tersebut.

Aksi kungFu yang memukau dan trik-trik politik kejam akan anda temukan dalam film ini. Tradisi shaolin yang cinta kebijaksanaan dan kedamaian versus tradisi militer yang kejam, membunuh, haus kekuasaan seperti yang diteorikan Hobbes dalam Leviathan , "Homo homini Lopus" _manusia serigala bagi manusia lainnya_, dan seorang raja adalah serigala yang paling tanggguh, kuat dan beringas, yang siap memangsa tanpa ampun siapapun yang diinginkannya, yaaa... tentu dalam film ini adalah musuh-musuhnya.Yaa... mirip-miriplah dengan sebagian besar gelagat politisi.

Satu hal yang menambah lezatnya film ini, ketika Komandan Hou (Andy Lau) dengan tegas menolak tawaran Peter (kurang tahu bule dari mana, di filmnya juga tidak jelas dia dari mana, pokoe bule 'investor barat'), yang akan memberinya senjata otomatis, dengan syarat, Hou mendukung pembangunan kereta api di DengFeng. Walau ChaoMan (adiknya) membujuk. Hou tetap menolak ;

"Aku tidak butuh senjata, Suruh mereka pergi!

Dia (pihak asing/ si bule) berencana untuk mempermainkan negara kita,
untuk menghasilkan uang.Dengan menyutujui pembangunan jalur kereta mereka,
Ini seperti membukakan pintu untuk mereka,
Mereka ingin mengambil tanah kita.
Tanah ini adalah tanah kita!

Sikap yang sangat mandiri dan rasa nasionalisme yang tinggi, seperti film-film china lainnya. yang mengambil setting perang, khususnya ketika melibatkan pihak asing.

Konflik mulai menajam ketika Hou melihat ada niat Ulbu-Song untuk menguasai kota Dengfeng, yang telah direbutnya. Pada undangan jamuan makan malam Hou dan ChaoMan berencana menyerang dan membununh Ubul-Song, pasukan pun disiapkan. Eskalasi persekongkolan berubah, CaoMan (adik Hou) justru memanfaatkan moment konflik Hou dengan Song. CaoMan yang akan menghabisi keduanya, mengkudeta kakaknya (Hou) dan menjadi penguasa yang diktator dan pro Asing. Namun dalam konflik sengit ini, Hou berhasil lolos demikian juga anak dan istrinya yang sangat dicintainya. Sejak itu Hou menjadi buronan paling dicari di kota DengFeng.

Kota DengFeng dibawah kekuasaan ChaoMan, kelaparan dan kerja paksa pembangunan rel kereta hingga pembantaian adalah tontonan yang mengerikan, :-(...

Tapi, ketika Hou jadi buronan, kenapa dia harus ketemu dengan juru masak, Jacky, penguasa dapur shaolin ?, yang banyak memberi nasihat kepada Hou untuk bertaubat, dan bergabung dengan shaolin.

Jacky Chan yang berperan sebagai shaolin yang sedikit "nyentrik", yaa sedikit gundah apakah akan tetap bertahan di shaolin atau meninggalkannya. walau dia berperan sebagai juru masak, namun kecintaannya kepada yang lemah (menderita/melarat) di perankannya dengan apik. Hidupnya yang ingin biasa saja, jauh dari hiruk pikuk pertengkaran. Namun ketika Gurunya dan warga yang meminta pertolongan di Shaolin ia pun tidak bisa menahan nafsu untuk mengekpresikan keindahan gerakan "kungFu" ala Jacky, yang sedikit kocak.

Tradisi shaolin yang kental dengan model pendidikan khas shaolin. perpaduan pendidikan untuk mengolah fisik dengan kungFu, mengasah pikiran dengan membaca, menanam dalam batin kebijaksanaan dengan bertapa dan berbagi dengan sesama serta melindungi yang lemah.

Ada lagi yang menarik dalam film ini, aksi 3 shaolin muda yang terinspirasi dari, kisah Hakim Bao, Sebagai Avengers bertopeng, yang menggunakan topeng untuk menculik beras (makanan) di rumah penguasa, dan dibagikan ke warga yang kelaparan.

katanya, Kami tidak mencuri, kita 'mengambil'.

Keseluruhan film, menampilkan kentalnya pesan moral dan politik yang hendak disampaikan ke pemirsa, bahwa Shaolin, sebagai representasi "ajaran spiritual" atau "agama" semestinya tidak mengesampingkan sisi sosial. Ia tidak bisa menutup mata dari kondisi sosio-kultural yang terjadi di masyarakat. Shaolin, juga digambarkan sebagai benteng terakhir masyarakat mencari perlindungan ketika penguasa dan aparatusnya tidak memberi rasa aman dan nyaman. Sebuah lembaga pendidikan fisik-spiritual yang tidak sekuler, yang membela siapapun yang tidak berdaya "powerless". Sebuah penggambaran yang sangat berbeda dengan berbagai lembaga-lembaga pendidikan/ agama di negeri kita "Indonesia". Kuil shaolin bukan hanya sekedar tempat ritual, penyucian jiwa, tapi telah berubah menjadi benteng perjuangan melawan diktator/penjajah.

Beberapa pesan spiritual para pendeta shaolin, seperti berikut ini :

"Lepaskanlah apa kata hatimu,
maka kau akan menemukan kedamaian"
"Ada yang baik dan ada juga yang buruk.Manusia hidup di antara kedua-nya"
"Jika manusia salah memilih jalan hidup nya, Maka tidak akan ada kebahagiaan untuknya!"
"Bertaubat itu perbuatan yang mulia!"
"Kau dapat bertemu mereka (Shaolin) kapan saja,
mereka semua saling bantu-membantu."
"Ada dua aturan yang mengakibatkan nya
tidak boleh tinggal disini (kuil shaoiln) Di dalam hatinya ada kebencian dan rasa dendam,..."
"Setiap orang itu berguna dengan cara mereka sendiri."
"Lupakanlah kejahatan yang dilakukan di masa lalu, maka bukalah lembaran baru untuk berbuat kebaikan!"
"Bersihkanlah dirimu perlahan-lahan!"

Semoga bermanfaat untuk kita semua.
salam hangat:
alamyin@gmail.com
|
•00.49
Shutter Island*, sebuah film bertemakan psikologi yang cukup menarik dan layak tonton ditengah film-film sampah tak layak tonton yang hanya mengandalkan kecantikan dan kehebatan visual efect berbumbu adegan percintaan sebagai pemanis. Sebagai film berat, film ini [sama halnya dengan film-film berat lainnya] sangat tidak disarankan untuk mereka-mereka yg hanya ingin puas menyaksikan adu laga atau pamer kekuatan atau menangis atau lelah tertawa setelah menonton sebuah film [sebaiknya anda mencari film drama picisan atau komedi atau film action yang taunya cuma mengumbar kekerasan fisik yang dangkal].

Shutter Island adalah sebuah cerita yang diangkat dari sebuah novel yang bernuansa psikologi atau lebih tepatnya lagi tentang kegilaan [awalnya saya menyangka ceritanya akan memiliki kemiripan dengan Veronika Memilih Mati Karya Paulo Coelho, ternyata jauh berbeda]. Bercerita tentang seorang agen polisi yg mendapat tugas menyelidiki kasus larinya seorang pasien dari rumah sakit jiwa yang khusus menangani pasien-pasien sakit jiwa yang tergolong berat [dan dianggap monster mengerikan jika berada ditengah-tengah masyarakat]. Rumah sakit jiwa tersebut berada di sebuah pulau bernama Shutter Island yang cuma bisa diakses dengan sebuah kapal fery. Dalam proses penyelidikannya sang agen polisi tahu bahwa rumah sakit jiwa tersebut hanyalah kedok dari sebuah operasi penciptaan hantu-hantu pembunuh melalui pencucian dan pengontrolan pikiran. Penyelidikan terus berlanjut dan akhirnya sang agen polisi menyadari bahwa ternyata penyelidikan yang dia lakukan ternyata tidak lebih dari bagian dari jebakan dan proses perekrutan dirinya. Sang agen akhirnya terjebak dan tak mampu lagi keluar dari shutter island dan proses perekrutan yang memanfaatkan trauma yg dialaminya. Sebagaimana halnya orang yang telah di vonis gila, semakin dia mencoba menjelaskan secara rasional apa yang terjadi semakin dia akan dianggap gila dan semua yang dia lakukan dianggap sebagai bagian dari pertahanan diri.

Kalau kita menarik semuanya dalam kehidupan sosial kita maka akan terlihat bahwa apa yang digambarkan dalam cerita Shutter Island sesungguhnya rill ditenga-tengah kehidupan kita. Lihatlah bagaimana trauma diciptakan dalam kehidupan kita, pemboman yg tidak jelas siapa pelakunya namun menelan korban yang jelas, teroris yang kita tak pernah tahu siapa namun jelas ada korban, bencana non bencana alam [ledakan gas, lumpur lapindo, krisis pangan, iklim yang tak lagi menentu, dan bencana-bencana lainnya] yang jelas-jelas merupakan akibat perbuatan manusia, kesemua itu terus berulang dan pastilah melahirkan trauma yang berujung pada gangguan kejiwaan. Contoh terbaru adalah informasi yang dilontarkan SBY terkait dengan ancaman teror atas dirinya yang kemudian menjadi alasan untuk memunculkan sosok teroris baru beserta otak dibaliknya. Dan akhirnya kontrol dilakukan melalui trauma yang direkayasa sedemikian rupa. Perlawanan terhadap kontrol ditengah-tengah trauma yang berhasil direkayasa tidak lebih dari sebuah kegilaan dan semakin kita melawan maka semakin kita dianggap gila, paranoid, dan label penyakit kejiwaan lainnya.

Lalu apa yang harus dilakukan ?

Diakhir Film Shutter Island sang agen polisi berkata “lebih baik menjadi monster mengerikan, dari pada mati dalam damai”

yaaa … itulah yang harus dilakukan, kita mengikuti kontrol yang ada sampai tingkatan segila-gilanya sembari terus memelihara kesadaran akan apa yang sesungguhnya terjadi**

* jika anda termasuk penonton film-film berat dan cerdas, maka anda harus menonton film ini
** landasan teoritik tindakan ini dapat dibaca di buku Counterpleasures Karya Karmen MacKendrick

|
•21.13

Mimpi... Kebanyakan orang pernah mengalaminya, bahkan dalam sejarah banyak inspirasi, solusi atas masalah yang dihadapi hingga wahyu diperoleh lewat mimpi. Bahkan beberapa motivator kadang memotivasi pesertanya dengan kata BERMIMPILAH, novel best seller Andrea bertema mimpi "sang pemimpi". uhm, sepertinya mimpi cukup penting bagi umat manusia. Lalu bagaimana kalau seandainya mimpi itu bisa direkayasa oleh pemimpi lainnya. Ini digambarkan dalam film "Inception"

Film fiksi ilmiah karya Christopher Nolan yang baru diluncurkan tanggal 16 Juli 2010 ini, Inception, merupakan sebuah film yang menggunakan plot cerita dunia nyata vs dunia maya. Dunia maya yang dimaksud adalah alam mimpi, yang dikatakan saat manusia bermimpi, otak bekerja sampai 20 kali lipat lebih cepat, mengakibatkan 5 menit tidur di dunia nyata serasa 1 jam di dunia mimpi. Sekarang, bayangkan saat di alam mimpi, yang dialami adalah ‘tidur’ dan bermimpi kembali. Ulangi lagi ini di tiap tingkatan alam mimpi, dan akhirnya di tingkat alam mimpi yang paling dalam, dalam waktu semalam bisa berarti puluhan tahun di dalam dunia mimpi!

Begitulah klaim dari Cobb (Leonardo DiCaprio). Diceritakan dalam film tersebut bahwa dalam dunia bisnis, sebuah rahasia dagang, ide atau pemikiran bisa dicuri saat manusia paling lemah, yaitu saat tidur. Cobb awalnya digambarkan sebagai konsultan yang bisa membantu kliennya untuk bisa mempertahankan diri dari pencurian ini di alam bawah sadar, namun ternyata dia sendiri adalah juga pelaku pencuriannya. ya, mirip-mirp penjual obat sekligus pencipta virus. hehe...Dalam aksi terakhirnya, targetnya yang bernama Saito (Ken Watanabe) ternyata menyadari dia sedang berada di dunia mimpi dan bisa menggagalkan aksi pencurian Cobb. Rupanya dari awal Saito sudah mengetahui profesi Cobb dan mencoba keahliannya sebelum dia sendiri menyewa Cobb.

Dalam melakukan aksi pesanan Saito, Cobb dibantu oleh sebuah tim, yang terdiri dari Arthur (Joseph Gordon-Levitt), yang bertugas mencari informasi target; Ariadne (Ellen Page), seorang mahasiswa yang bertugas membuat dunia mimpi sesuai dengan keinginannya, ia sebagai arsitektur di alam mimpi; Eames (Tom Hardy), yang bisa menyamar sebagai orang lain di alam mimpi; Yusuf (Dileep Rao), ahli farmasi yang bertugas mengkomposisi obat tidur yang diperlukan agar semua anggota tim maupun target tidur dan masuk ke alam mimpi.Masih ingat The Matrix karya Wachowski bersaudara, lalu Thirteenth Floor, dan Dark City, film tersebut menggunakan metoda yang sama.

Robert Fischer, Jr., pewaris dari saingan bisnis Saito. Fischer diperankan oleh Cillian Murphy. Ia berperan sebagai target/korban yang tidur akibat diasupi ramuan obat tidur buatan Yusuf.

Dalam aksi spekulasi alam mimpi di bagi menajadi 3 tingkat. Pemimpi tahap 1 (supir Van), Yusuf, sekaligus peramu senyawa sedative. Fischer. Pemimpi tahap 2, Arthur, memasang bom di kamar 491 yang menurut desain dari Ariadne, tepat berada di bawah kamar 528. Bom ini nantinya akan digunakan untuk memberikan 'tendangan' ke semua subyek untuk kembali ke mimpi tahap 1, pemimpi Tahap 3 (gunung salju dan rumah) Eames yang bertugas menghancurkan rumah sakit dengan bom untuk memberi 'tendangan' kepada semua subyek. Semua ledakan/tendangan itu dilakukan untuk membangunkan para pemimpi agar tidak terjebak di limbo.

Aksi yang dijalankan oleh Cobb dan tim sayangnya tidak berjalan mulus. Selain karena kesalahan Arthur yang tidak mengira Fischer rupanya sudah dibekali dengan latihan mempertahankan diri di alam bawah sadar, istri Cobb yang sudah wafat, Mal (Marion Cotillard) selalu muncul pada saat yang tak terduga dalam alam bawah sadar Cobb, dan sangat mengganggu jalannya aksi.

Sepanjang film, banyak tema yang mengingatkan saya pada film-film lainnya. Hal paling utama adalah dunia mimpi dan kesulitan untuk membedakannya dengan dunia nyata. Banyak film yang membahas hal ini sebelumnya, seperti The Matrix karya Wachowski bersaudara, lalu Thirteenth Floor & Dark City. Lalu ungkapan Cobb, “What's the most resilient parasite?

An Idea. A single idea from the human mind can build cities. An idea can transform the world and rewrite all the rules.”, itu mengingatkan pada film V for Vendetta, “

And ideas are bulletproof.” Hanya saja, berbeda dengan The Matrix, tokoh Neo yang bisa mengendalikan dunia maya sampai bisa menghentikan peluru, di Inception para tokoh yang ada harus taat pada aturan yang berlaku, tidak bisa sampai mendapatkan kekuatan super.

Teknologi mirip dengan Inception yang menceritakan sebuah dunia maya buatan militer Amerika berisi ratusan tentara yang mengalami dunia mimpi yang sama, namun dikendalikan oleh simulasi komputer; jadi mirip dengan kendali komputer di The Matrix namun dengan cara masuk ke alam mimpi yang dibantu dengan obat tidur yang masuk melalui infus.

Film Inception ini adalah film aksi, dengan plot fiksi ilmiah, dibumbui dengan misteri. Walaupun masuk kategori film aksi, seperti Memento, film ini bukanlah film ringan. Hanya saja, banyaknya adegan aksi tembak-menembak di dalam film ini terkesan membosankan. Namun dari keseluruhan film ini sangat memesona, so, sangat direkomendasikan, hehe...

(sumber: pikiranku, alam mimpiku, google)
|